Tuesday, March 30, 2010

READ : a LOVE LETTER FROM GOD


u have suffered on this earth
…Revelation 21:3-4
I am your Daddy, and I love you even as I love My son, Jesus
…John 17:23
For in Jesus, My love for you is revealed
…John 17:26
He is the exact representation of My being
…Hebrews 1:3
He came to demonstrate that I am for you, not against you
…Romans 8:31
And to tell you that I am not counting your sins
…2 Corinthians 5:18-19
Jesus died so that you and I could be reconciled
…2 Corinthians 5:18-19
His death was the ultimate expression of My love for you…
1 John 4:10
I gave up everything I loved that I might gain your love …
Romans 8:31-32
If you receive the gift of my son Jesus, you receive Me …
1 John 2:23
And nothing will ever separate you from My love again
…Romans 8:38-39
Come home and I'll show the biggest party heaven has ever seen
…Luke 15:7
I have always been Daddy, and will always be Daddy
…Ephesians 3:14-15
My question is…Will you be My child?
…John 1:12-13
I am waiting for you …
Luke 15:11-32
Love, Your Dad... Almighty God

(Written by Barry Adams - editted by Hadi)

http://idesignforgod.com/index.php?topic=10.0

Friday, March 26, 2010

BELAJARLAH MENULIS DI ATAS PASIR


Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar pipi temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir : " HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENAMPAR PIPIKU"

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: "HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU "

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya : "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu ?"

Temannya sambil tersenyum menjawab : "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir, agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut, dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin."

Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karena cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah yang telah lalu. Belajarlah menulis diatas pasir.

“Life is an everlasting learning, learn how to be honest to your own heart and learn to have a big opened heart to love deeply and to forgive quickly.“


from: Facebook

Wednesday, March 24, 2010

Renungan untuk kita semua


Pada jaman dahulu, hiduplah seorang pemuda di sebuah tempat yang jauh yang bernama Tandow. Pemuda tersebut adalah seorang anak periang dan tidak peduli terhadap sekelilingnya. Ia mempunyai sahabat kecil yang istimewa, yaitu seekor burung kolibri biru. Ia tidak mempunyai banyak sahabat karib, namun keduanya merupakan sahabat karib yang tak terpisahkan.
Pemuda itu demikian sayangnya terhadap si kolibri biru sehingga ia membuat rumah-rumahan untuk burung tersebut.
Si kolibri biru pun menyayangi pemuda sahabatnya tersebut dan selalu terbang mengikuti ke mana saja si pemuda pergi.

Sejalan dengan berlalunya waktu, kasih sayang di antara mereka berdua juga semakin bertambah-tambah. Sampai suatu hari pemuda tersebut bertemu dengan seorang gadis yang cantik di sekolah. Gadis tersebut berambut pirang, bermata biru, dengan senyumnya yang mungil menawan.

Saat itu acara pesta dansa terbesar sepanjang tahun di Tandow sedang akan berlangsung. Si pemuda berpikir keras bagaimana caranya mengajak si gadis untuk menjadi pasangannya di pesta dansa nanti. Sepanjang hari ia mengumpulkan segenap keberaniannya. Akhirnya, saat sekolah usai, ia menghampiri gadis itu dan mengajaknya ke pesta dansa.

Gadis ini adalah seorang gadis yang sangat populer di sekolahnya. Ia merasa tidak enak bila harus terlihat bersama dengan seseorang yang sangat memperhatikannya. Namun, ia tidak mau menyakiti hati pemuda tersebut.

Akhirnya si gadis menemukan cara agar ia tidak perlu menjawab dengan kata-kata 'ya' atau 'tidak' terhadap ajakan si pemuda. Ia berkata kepada si pemuda bahwa ia bersedia diajak ke pesta dansa olehnya jika si pemuda membawakannya setangkai mawar merah. Hal ini menyakitkan hati si pemuda sebab ia tahu bahwa di Tandow tidak pernah ada mawar berwarna merah. Yang ada hanya mawar putih saja. Si pemuda menggerutu sepanjang jalan menuju rumahnya. Dia tak habis berpikir mengapa si gadis tidak meminta mawar putih saja. Ada ratusan bunga mawar putih yang terhampar di halaman depan rumahnya.

Ia tidak menyadari sahabatnya si burung kolibri terbang mengikutinya sebab ia sedang menyesali nasibnya. Si kolibri demikian menyayanginya sehingga ia tahu bahwa sahabatnya itu sedang dirundung masalah. Burung tersebut terbang mendekat sementara si pemuda meneruskan gerutunya sepanjang jalan. Jelaslah sudah bagi si kolibri bahwa sahabatnya itu sedang mengalami masalah yang amat serius. Burung itu tidak dapat beristirahat sepanjang malam. Ia memikirkan bagaimana cara menolong sahabatnya tersebut.

Akhirnya, saat fajar menyingsing, si burung mendapatkan cara bagaimana ia dapat menolong si pemuda. Burung kolibri kecil itu terbang ke arah semak-semak mawar seraya mencari mawar putih paling besar yang batang berdurinya terletak tepat di atas bunganya. Setelah menemukannya, ia terbang menabrakkan dirinya yang kecil itu ke arah duri tersebut dengan segenap kekuatan sayapnya. Duri tersebut menusuk tubuhnya sedemikian rupa sehingga kesakitanlah ia. Tetesan darahnya yang bagaikan air mata berwarna merah itu mulai mengucur membasahi kelopak bunga mawar berwarna putih tersebut.

Ketika si pemuda bersiap-siap pergi ke sekolah dilihatnya setangkai mawar berwarna merah ada di tengah-tengah semak bunga mawar putih. Ia tidak dapat mempercayai matanya. Ia berlari ke arah mawar merah tersebut serta mencabut tangkainya. Dalam suka citanya ia tidak melihat seonggok tubuh kecil tak bernyawa yang tergeletak di tengah genangan darah di bawah semak-semak.

Dengan gembiranya ia membawa mawar merah itu ke sekolah. Sebelum ia sampai di sekolah, sekumpulan anak-anak muda yang sedang bermain sepak bola di lapangan memanggilnya untuk turut bermain bola dengan mereka. Jawaban pertama yang terlintas di benaknya adalah menolak ajakan tersebut karena ia memiliki pekerjaan yang lebih penting dari hanya sekedar bermain bola. Namun, anak-anak tersebut terus mendesaknya bermain sebab mereka sangat membutuhkan dirinya agar kedua kesebelasan menjadi genap jumlah pemainnya.

Ia melihat ke arah mawar merah, kemudian berpaling ke arah anak-anak itu, lalu kembali menoleh ke arah mawar merah. Akhirnya ia berkata kepada dirinya sendiri, "Ah!!! Bukankah si gadis toh tidak terlalu suka pergi dengan aku?"

Ia lalu membuang mawar merah tersebut dan berlari ke arah kerumunan anak-anak untuk turut bermain sepak bola.



Anda mungkin sudah menemukan perumpamaan tersebut sebagai berikut:
Pemuda tersebut ialah gambaran diri kita
Burung kolibri menggambarkan Yesus Kristus
Gadis menggambarkan kehidupan kekal
Mawar merah melambangkan pertobatan
Sepakbola melambangkan hal-hal duniawi yang seringkali kita anggap sangap penting dalam kehidupan


from: Facebook

Saturday, March 13, 2010

God Protect Us


A teenage girl about 17 had gone to
visit some friends one evening and
time passed quickly as each shared
their various experiences of the
past year.

She ended up staying longer than
planned, and had to walk home alone.
She wasn't afraid because it was a
small town and she lived only a few
blocks away.

As she walked along under the tall elm
trees , Diane asked God to keep her
safe from harm and danger.

When she reached the alley, which was
a short cut to her house, she decided
to take it.

However, halfway down the alley she
noticed a man standing at the end as
though he were waiting for her.

She became uneasy and began to pray,
asking for God's protection.

Instantly a comforting feeling of
quietness and security wrapped round
her, she felt as though someone was
walking with her.

When she reached the end of the alley,
she walked right past the man and
arrived home safely.

The following day, she read in the
newspaper that a young girl had been
raped in the same alley just twenty
minutes after she had been there.

Feeling overwhelmed by this tragedy
and the fact that it could have been
her, she began to weep.

Thanking the Lord for her safety and
to help this young woman, she decided
to go to the police station.

She felt she could recognize the man,
so she told them her story.

The police asked her if she would be
willing to look at a lineup to see
if she could identify him.

She agreed and immediately pointed
out the man she had seen in the alley
the night before.

When the man was told he had been
identified, he immediately broke down
and confessed.

The officer thanked Diane for her
bravery and asked if there was
anything they could do for her.

She asked if they would ask the man
one question.

Diane was curious as to why he had
not attacked her.

When the policeman asked him, he
answered, "Because she wasn't alone.
She had two tall men walking on
either side of her."


PS: God is always there in your heart
and loves you no matter what.....and
if you stand up 4 him he will stand up for you.
Spread his word !!


from: Facebook

Mata Ibu


Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku benci dia. Dia benar - benar membuatku malu. Dia bekerja sebagai juru masak bagi para murid dan guru - guru sebagai penghasilan untuk mendukung kehidupan ekonomi keluarga.

Pada suatu hari disekolah dasar, dia datang dan menyapaku. Aku benar - benar malu! Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku!? Aku mengabaikannya, menatapnya dengan penuh kebencian dan berlari meninggalkannya.

Keesokan harinya di sekolah, aku jadi bahan ledekan bagi teman - teman, mereka berkata, "Ibumu hanya memiliki satu mata!!" Aku ingin mengubur diriku sendiri. Aku ingin ibuku menghilang! Aku memarahinya pada hari itu dan berkata. "Jika kau hanya bisa membuatku jadi bahan lelucon untuk ditertawakan, mengapa kau tidak mati saja?! Ibuku hanya diam. Aku bahkan tidak berpikir dua kali terhadap apa yang kukatakan, karena aku benar - benar sedang marah. Aku mengabaikan perasaannya.

Aku ingin pergi dari rumah, dan tidak pernah berurusan lagi dengannya. Maka aku belajar dengan giat dan akupun mendapatkan kesempatan untuk meneruskan sekolah di kota lain yang lebih baik.

Lalu, aku menikah. Aku membeli rumah sendiri. Aku mempunyai anak. Aku benar - benar bahagia dengan kehidupanku, anak - anak dan kenyamanan ini.

Hingga pada suatu hari, ibuku datang untuk mengunjungiku. Dia tidak pernah bertemu denganku selama bertahun - tahun bahkan dia tidak pernah bertemu dengan anakku, cucunya sendiri. Pada saat dia berdiri didepan itu, anakku menertawakannya, dan aku memarahinya karena datang tanpa diundang. Aku berteriak padanya, "Beraninya kau datang kerumahku dan menakuti anakku!! Pergi dari sini!! SEKARANG!! Lalu ibuku menjawab dengan pelan, "Oh maaf, sepertinya aku salah alamat", dan dia pun pergi.

Suatu hari, sebuah surat mengenai acara reuni sekolah dikirimkan padaku. Dan aku berbohong pada istriku kalau aku sedang ada urusan pekerjaan diluar kota.

Setelah acara reuni sekolah, aku pergi ke rumah tua (rumah ibuku) karena penasaran. Tetanggaku mengatakan kalau dia telah meninggal dunia. Aku tidak meneteskan setetes air matapun. Lalu mereka memberikanku surat dari ibuku.

"Anakku sayang, Ibu selalu memikirkanmu selama ini. Ibu minta maaf karena telah datang kerumahmu dan menakuti anakmu. Ibu senang ketika mendengar engkau akan datang ke acara reuni sekolah. Tapi Ibu bahkan tidak sanggup untuk turun dari tempat tidur untuk menemui. Ibu minta maaf jika Ibu selalu membuatmu malu. Dulu... waktu engkau masih sangat kecil, engkau mengalami kecelakaan dan kehilangan matamu. Sebagai seorang Ibu, aku tidak bisa melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata. Maka Ibu memberikanmu mataku. Ibu sangat bangga dengan anakku yang bisa melihat dunia baru untukku, ditempatku, dengan mata itu.
Dengan seluruh cinta, Ibumu..."

Ibu adalah mahkluk paling mulia di dunia ini. Seseorang yang benar - benar mencintai kita. Ia bahkan rela mengorbankan apapun untuk kebahagian kita, meskipun itu nyawanya sendiri.
Cinta yang paling mulia, yang paling suci, yang paling besar adalah cinta seorang Ibu terhadap anaknya.
Walaupun sebenarnya, didunia ini ada juga Ibu yang tidak demikian, bahkan sebaliknya...

Kisah Seekor Kupu-kupu


Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka tidak bisa tidak akan menghantar dengan pandangan kagum dan doa bahagia. Mereka saling mengasihi satu sama lain.

Namun pd suatu hari, malang sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang wanita menjaga di depan ranjang dan dgn tiada henti memanggil2 kekasih yang tidak sadar sedikitpun.

Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan tak lupa berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering krn menangis sepanjang hari.

Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si wanita telah berubah menjadi pucat pasi dan lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan dan akhirnya pd suatu hari Malaikat terharu oleh keadaan wanita yang setia dan teguh itu, lalu Ia memutuskan memberikan kepada wanita itu sebuah pengecualian kepada dirinya. Malaikat bertanya kepadanya "Apakah kamu benar2 bersedia menggunakan nyawamu sendiri utk menukarnya?" . Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab "Ya". Malaikat berkata "Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu hrs berjanji menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?". Siwanita terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti menjawab "saya bersedia!".

Hari telah terang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon diri pada Malaikat lalu segera kembali ke rumah sakit. Hasilnya, lelaki itu benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu.

Dengan di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dr jauh kekasihnya sendiri. Beberapa hari kemudian, sang lelaki telah sembuh. Namun ia sama sekali tidak bahagia. Ia mencari keberadaan sang wanita pd setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang wanita telah pergi kemana. Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, namun sang wanita yang telah berubah mjd kupu-kupu bukankah setiap saat selalu berputar di sampingnya? Hanya saja ia tidak bisa berteriak, tidak bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam2.

Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau tidak mau hrs meninggalkan tempat tersebut lalu terakhir kali ia terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya.

Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar2 tidak boleh di ketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat di dengar oleh kupu-kupu itu sendiri dan mau tidak mau dengan berat hati ia meninggalkan kekasihnya, terbang ke arah yang jauh dengan membawa harapan.

Dalam sekejap telah tiba musim semi yang kedua, sang kupu-kupu dengan tidak sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yang lama di tinggalkannya. Namun di samping bayangan yang tak asing lagi ternyata telah berdiri seorang wanita cantik. Dalam sekilas itu sang kupu-kupu nyaris jatuh dr angkasa. Ia benar2 tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang di bicarakan banyak orang. Orang2 selalu menceritakan ketika hari natal, betapa parah sakit sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu saja juga melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala .

Sang kupu-kupu sangat sedih. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yang pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang wanita lain sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tidak dapat berbuat apa2.

Musim panas tahun ini sgt panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi utk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara ia dengan wanita itu,ia dan suara tawa bahagianya sudah cukup membuat hembusan napas dirinya berakhir, karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu.

Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah2 hanya menandakan semua ini. Musim panas pd tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita, mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu.

Tiga tahun perjanjian Malaikat dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir dan pd saat hari yang terakhir, kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan wanita itu. Dalam kapel kecil telah dipenuhi orang2. Sang kupu-kupu secara diam2 masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Malaikat.

Ia mendengarkan sang kekasih yang berada dibawah berikrar di hadapan Malaikat dengan mengatakan "saya bersedia menikah dengannya!". Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu.

Dengan pedih hati Malaikat menarik napas "Apakah kamu menyesal?". Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya "Tidak". Malaikat lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan "Besok kamu sudah dapat kembali mjd dirimu sendiri". Sang kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya "Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup".

Jaga dan jangan pernah lepaskan seseorang yang kita cintai sebaik-baiknya baik itu pasangan, sahabat ataupun siapapun mereka yang berarti buat hidup kita, karena mungkin sekali kita lepaskan mereka, selamanya kita akan kehilangan mereka.

Ada beberapa kehilangan merupakan takdir. Ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir selamanya. Mencintai seseorang tidak mesti harus memiliki. Namun memiliki seseorang yang anda cintai, maka harus baik-baik menjaganya...

Kekuatan Maaf


Dibalik cerita Pedonor sumsum tulang belakang dan pelaku pemerkosaan.

Di suatu Koran Itali, muncullah berita pencarian orang yang istimewa. 17 Mei 1992 di parkiran mobil ke 5 Wayeli (nama kota), seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam. Ia dan suaminya tiba-tiba saja menanggung tanggung jawab untuk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi kini menderita leukemia kanker darah). Dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera.

Ayah kandungnya merupakan satu-satunya penyambung harapan hidupnya. Berharap agar pelaku pada waktu itu saat melihat berita ini, bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth. Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar. Setiap orang membicarakannya. Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani muncul. Padahal jelas ia akan menghadapi kesulitan besar.

Jika ia berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri. Jika ia tetap bersikeras untuk diam, ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni.

Kisah ini akan berakhir bagaimanakah ? Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata menyimpan suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali.

Martha, 35 thn, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang. Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi diantara kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setiap orang disekitar mereka untuk bertanya, Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan seperti ini.

Musim gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi. Terakhir, Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia. "Harapan satu-satunya hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya." Dokter menjelaskan lebih lanjut. "Diantara mereka yang ada hubungan darah dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang."

Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani pemeriksaan. Hasilnya tak satupun yang cocok. Dokter memberitahu mereka, dalam kasus seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok sangatlah kecil kemungkinannya. Sekarang hanya ada satu cara yang paling manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali mengandung anak lagi. Dan mendonorkan darah anak untuk Monika. Mendengar usul ini Martha tiba-tiba menjadi panik, dan berkata tanpa suara "Tuhan..kenapa menjadi begini ?" Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan dan putus asa. Peterson mengerutkan keningnya berpikir. Dr. Adely berusaha menjelaskan pada mereka, "saat ini banyak orang yang menggunakan cara ini untuk menolong nyawa para penderita leukimia, lagi pula cara ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak ada pengaruhnya. " Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan termenung begitu lama. Terakhir mereka hanya berkata, "Biarkan kami memikirkannya kembali."

Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, pasangan suami-istri tersebut. Martha menggigit bibirnya keras, suaminya Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata serius pada dokter. "Kami ada suatu hal yang perlu memberitahumu. Tapi harap Anda berjanji untuk menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami suami-istri selama beberapa tahun." Dr. Adely menganggukkan kepalanya. Lalu mereka menceritakan: "10 tahun lalu, Martha ketika pulang kerja telah diperkosa seorang remaja berkulit hitam. Saat Martha sadar, dan pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1 malam. Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu untuk membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun. Malam itu kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan kepedihan. Sepertinya seluruh langit runtuh. Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan kembali. "Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa sangat ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik orang hitam tersebut. Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi aku masih mengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah bayi kami. Begitulah, kami ketakutan menunggu beberapa bulan.

Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam. Kami begitu putus asa, pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti asuhan. Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih lagi bagaimanapun Martha telah mengandungnya, ia juga merupakan sebuah nyawa. Aku dan Martha merupakan warga Kristen yang taat, pada akhirnya kami memutuskan untuk memeliharanya, dan memberinya nama Monika. "Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami kenapa bagi kedua suami istri tersebut kembali mengandung anak merupakan hal yang sangat mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukka n kepala berkata "Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan sulit untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika." Beberapa lama kemudian,ia memandang Martha dan berkata "Kelihatannya, kalian harus mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnya cocok untuk Monika. Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan kalian ?" Martha berkata: "Demi anak, aku bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya. " Dr. Adely merasa terkejut akan kedalaman cinta sang ibu. Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dengan menggunakan nama samaran.

November 2002, di koran Wayeli termuat berita pencarian ini,seperti yang digambarkan sebelumnya. Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan waktu itu berani muncul, demi untuk menolong sebuah nyawa seorang anak perempuan penderita leukimia ! Begitu berita ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan. Kotak surat dan telepon Dr. Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk dan telepon, orang-orang terus bertanya siapakah wanita ini. Mereka ingin bertemu dengannya, berharap dapat memberikan bantuan padanya. Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka, ia tak ingin mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap. Seluruh media penuh dengan diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir.

Orang hitam itu akan munculkah? Jika orang hitam ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita sekarang menilainya? Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk menghakiminya Haruskah ia menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya, ataukah ia harus menerima pujian karena keberaniannya hari ini ? Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia seorang kulit hitam, bernama Ajili. 17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran terkelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu. Ia adalah sang peran utama dalam kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili yang sangat kaya raya itu, pernah bekerja sebagai pencuci piring panggilan.

Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak ia masih muda, ia yang tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan giat demi mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari orang lain. Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu mendiskriminasikann ya. Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17 Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang kerja lebih awal merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka, ditengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring.

Sang bos menahan kepalanya, memaksanya untuk menelan pecahan piring. Ajili begitu marah dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan restoran. Di tengah kemarahannya ia bertekad untuk membalas dendam pada si kulit putih. Malam berhujan lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha. Untuk membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang wanita yang tak berdosa ini.

Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan. Malam itu juga Ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota ini.Di Napulese, ia bertemu keberuntungannya. Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar di restoran milik orang Amerika. Kedua pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan penikahkannya dengan anak perempuan mereka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya untuk mengelola toko mereka.

Beberapa tahun ini, ia yang begitu tangkas,tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak yang lucu. Di mata pekerja lainnya dan seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan bos yang baik, suami yang baik, ayah yang baik. Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan dosa yang pernah diperbuatnya. Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita yang pernah diperkosanya, berharap ia selalu hidup damai dan tentram. Tapi ia menyimpan rahasianya rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun.

Pagi hari itu, Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan dirinyalah pelaku yang dimaksud. Sedikitpun ia tak pernah membayangkan bahwa wanita malangitu mengandung anaknya, bahkan menanggung tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya bukanlah miliknya. Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba menghubungi no. telepon Dr.Adely. Tapi setiap kali, belum sempat menekan habis tombol telepon, ia telah menutupnya kembali. Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap orang kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan istrinya yang cantik. Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat disekitarnya. Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun.

Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus Martha. Sang istri, Lina berkata : : "Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian untuk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha, ia sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak yang demikian". Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan tiba-tiba mengajukan pertanyaan: "Kalau begitu, bagaimana kau memandang pelaku pemerkosaan itu?". "Sedikitpun aku tak akan memaafkannya!!! Waktu itu ia sudah membuat kesalahan, kali ini juga hanya dapat meringkuk menyelingkupi dirinya sendiri, ia benar-benar begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut! Ia benar-benar seorang pengecut !" demikian istrinya menjawab dengan dipenuhi api kemarahan. Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan kenyataan pada istrinya.

Malam itu, anaknya yang baru berusia 5 tahun begitu rewel tak bersedia tidur, untuk pertama kalinya Ajili kehilangan kesabaran dan menamparnya. Sang anak sambil menangis berkata: "Kau ayah yang jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi ayahku". Hati Ajili bagai terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk erat-erat sang anak dan berkata: "Maaf, ayah tak akan memukulmu lagi. Ayah yang salah, maafkan papa ya."Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba menangis. Sang anak terkejut dibuatnya, dan buru-buru berkata padanya untuk menenangkan ayahnya :"Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku bilang, anak yang baik adalah anak yang mau memperbaiki kesalahannya."

Malam itu, Ajili tak dapat terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka. Di matanya selalu terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan bayangan sang wanita. Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis wanita itu. Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri : "Aku ini sebenarnya orang baik, atau orang jahat ?"Mendengar bunyi napas istrinya yang teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk berdiri. Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya. Istrinya mulai merasakan adanya ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian padanya dengan menanyakan apakah ada masalah Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk meloloskan dirinya. Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya ramah : "Selamat pagi, manager!" Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa malu. Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya.

Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi terus diam saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga suaranya supaya tetap tenang : "Aku ingin mengetahui keadaan anak malang itu." Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah. Dr.Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata :"Entah apa ia dapat menunggu hari kemunculan ayah kandungnya." Kalimat terakhir ini menyentuh hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya sendiri ! Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika. Ia telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya meneruskan kesalahan ini.

Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang segala rahasianya. Terakhir ia berkata: "Sangatlah mungkin bahwa aku adalah ayah Monika. Aku harus menyelamatkannya. " Lina sangat terkejut, marah dan terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah :"Kau PEMBOHONG !" Malam itu juga ia membawa ketiga anak mereka, dan lari pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda. Mereka adalah dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya : "Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar. Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan tapi kini bersedia memperbaiki dirinya, ataukah seorang suami yang selamanya menyimpan kebusukan ini didalamnya ?" Mendengar ini Lina terpekur beberapa lama.

Pagi-pagi di hari kedua, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata : "Ajili, pergilah menemui Dr. Adely ! Aku akan menemanimu!". 3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely. 8 Februari, pasangan tersebut tiba di RS Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar-benar adalah ayah Monika. Ketika Martha mengetahui bahwa orang hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan terharu. Segalanya berlangsung dalam keheningan. Demi untuk melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tidak mengungkapkan dengan jelas identitas mereka semua pada media, dan juga tak bersedia mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan.

Berita ini mengejutkan seluruh pemerhati berita ini. Mereka terus-menerus menelepon, menulis surat pada Dr. Adely, memohon untuk dapat menyampaikan kemarahan mereka pada orang hitam ini, sekaligus penghormatan mereka padanya. Mereka berpendapat: "Barangkali ia pernah melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan!" 10 Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk dapat bertemu muka langsung dengan Ajili. Awalnya Ajili tak berani untuk menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha, iapun menyetujui hal ini. 18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS, Martha bertemu langsung dengan Ajili. Ajili baru saja memangkas rambutnya, saat ia melihat Martha, langkah kakinya terasa sangatlah berat, raut wajahnya memucat. Martha dan suaminya melangkah maju, dan mereka bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing, sesaat ketiga orang tersebut diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum akhirnya air mata mereka bersama-sama mengalir. Beberapa waktu kemudian, dengan suara serak Ajili berkata: "Maaf...mohon maafkan aku! Kalimat ini telah terpendam dalam hatiku selama 10 tahun. Hari ini akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengatakannya langsung kepadamu." Martha menjawab :"Terima kasih kau dapat muncul. Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum tulang belakangmu dapat menolong putriku". 19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili. Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika. Sang dokter berkata dengan antusias : "Ini suatu keajaiban !"

22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan sehat walafiat. Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka. Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata: "Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian". "Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di saparoh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku!"

Terkadang dosa-dosa masa lalu kita masih terus membayangi kita, dan walaupun mungkin kita sudah bahagia dengan kehidupan kita yang sekarang, tetapi selalu saja terbayang dengan dosa-dosa masa lalu kita. Yang menjadi bahan renungan aku dari cerita ini : Jika pada saatnya Tuhan membuka kesempatan bagi aku untuk meminta maaf atas segala dosa-dosaku, apakah aku akan berani seperti Ajili ini untuk mengakui semua dosa-dosaku, walaupun dengan taruhan aku akan kehilangan semuanya. Tuhan itu begitu baik ... pada saat Dia mengetahui bahwa kita masih menderita akan dosa-dosa masa lalu kita, Dia membuka jalan bagi kita untuk meminta maaf dan membersihkan hati kita, yang memungkinkan kita untuk menyambut masa depan tanpa ada rasa terbeban lagi dalam hati kita.

Tuesday, March 2, 2010

Our Lives...


(copy from my friends e-mail)
Xavier_Live_Notes © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: