Saturday, May 1, 2010

Pilihan

Sesekali aku berpikir dan mencoba mengerti, mengapa Tuhan memberikan kebebasan kepada kita dengan resiko kita akan menolak diriNya? Mengapa tidak dibuatNya kita semua menurut padaNya tanpa adanya pilihan? Toh Dia patut ditaati sebagai Allah pencipta segalanya. Mengapa juga Ia tidak menciptakan kita tanpa perasaan ketika menaatiNya? Dengan begitu kan kita tidak akan ada yang terpaksa untuk menaatiNya.

Jika kita pernah begitu putus asa berada di kondisi di mana kita tidak bisa memilih untuk diri kita sendiri. Kondisi di mana kita seakan tidak punya pilihan lain, mungkin kita akan mengerti mengapa Allah tidak melakukannya.

Jika kita yang punya perasaan ini pernah memiliki atau hidup dengan robot yang bekerja untuk kita 24 jam sehari tanpa minta istirahat, tanpa mengeluh, dan bahkan tidak kelihatan membutuhkan kita, mungkin kita akan mengerti perasaan Allah jika Ia melakukannya.

Suatu saat jika kita mempunyai anak, kita akan tersenyum dan bahagia melihat bayi mungil itu. Melihat mereka beranjak besar dan dewasa. Kita bahagia memberikan segala hal paling baik bagi mereka karena mereka adalah anak kita. Kita tersenyum ketika mereka membuat kecerobohan-kecerobohan karena berusaha menyenangkan kita. Kita bahagia ketika mereka memeluk kita dan bilang “aku sayang mama dan papa!” kita bahagia melihat wajah mereka yang sedang terlelap tidur.

Resiko terbesar ketika kita memiliki anak adalah bahwa mereka memiliki kebebasan. Baik untuk patuh maupun tidak kepada kita. Kita menangis jika mereka melawan. Kita menangis ketika mereka berbuat kesalahan besar dan menyakiti hati kita. Meski begitu, kita tetap menerima mereka.

Bagi orang tua, anak mereka adalah yang paling cantik dan berharga. Meskipun mungkin seluruh dunia menganggapnya jelek, mereka akan tetap menganggap anak mereka cantik. Dan meskipun sang anak selalu mendukakan hati mereka, mereka selalu dan akan selalu berdoa yang terbaik untuk anak mereka.

Jika dan jika hari itu datang, kita mungkin akan mengerti mengapa.



from: Facebook

Life Pencil

Sebuah pensil
Seorang pembuat pensil sebelum mengutus pensilnya ke dunia memberikan empat pesan :
1. Kamu bisa melakukan sesuatu yang luar biasa, tetapi hanya jika kamu mau berada ditangan seseorang.
2. Kamu akan menderita setiap kali kamu diruncingkan, tetapi kamu perlu itu untuk menjadi pensil yang baik.
3. Bagian yang terpenting dari hidupmu adalah bagian yang ada di dalam, bukan bagian luarnya.
4. Pada permukaan manapun juga, selalu tinggalkan jejakmu dan teruslah menulis.

Ilustrasi di atas menyimpan kebenaran rohani yang luar biasa :
1. Kita memiliki potensi yang luar biasa dan mampu melakukan hal yang besar. Hanya saja kalau kita membiarkan diri berada di tangan Tuhan.
2. Ada kalanya kita mengalami proses2 pengeratan dan peruncingan yang sangat menyakitkan. Itu membuat kita sangat menderita tetapi mau tidak mau kita akan melewati proses itu demi kebaikan kita sendiri. Proses pengeratan kedagingan kita akan membuat karakter ilahi muncul dalam hidup kita.
3. Bagian yang terpenting dalam hidup kita adalah bagian yang didalam. Jangan pernah terjebak dengan hal2 yang merupakan penampilan luar saja. Tuhan tidak pernah tergiur dengan topeng2 kita. Tuhan lebih melihat ke dalam hati kita.
4. Dimana pun Tuhan taruh kita, selalu tinggalkan jejak “tulisan2 yang benar2 bisa mempengaruhi orang yang membacanya. Jadilah pribadi yang berpengaruh dan selalu meninggalkan kesan yang mendalam bagi setiap orang yang bertemu dengan kita.
Sudahkah kita menjadi pensil yang meninggalkan goresan mendalam? 





from: Facebook
Xavier_Live_Notes © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: