“Wanita yang bernilai tinggi itu ibarat buah yang ada di bagian paling atas pohon, dia menganggap dirinya jelek karena tidak seorang pun yang mau memetiknya. Padahal hanya pria ksatria yang bersedia memanjat pohon demi mendapatkan buah yang bernilai tinggi itu. Sementara pria-pria biasa hanya puas dengan buah-buah jelek di bawah.” Yah sebenarnya saya tidak ingat apa bunyi persisnya. Yang pasti pesan mendalam yang kutangkap adalah jadilah sabar! Seringkali banyak wanita yang merasa khawatir diri mereka terlalu jelek (jelek di sini bukan hanya tentang penampilan fisik) sehingga tidak memiliki pasangan hidup. Itu kan yang biasanya wanita rasakan apalagi kalau usianya sudah rawan di mana teman-temannya sudah banyak yang menikah. Makin khawatirlah wanita itu.
Sempat beberapa kali saya bagikan cerita ini teman-teman wanita saya terutama kalau kita sedang membicarakan “menunggu” pasangan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kami memiliki harapan yang sama bahwa seorang pria yang tepat akan memetik kami di ketinggian meski itu berarti lebih repot dan menyusahkan baginya. Sampai suatu hari seorang teman laki-laki saya menghancurkan gambaran ini dengan komentarnya (yang tentunya bermaksud bercanda)!xD
kalau kelamaan nunggu bisa busuk tuh buahnya! grr..beraninya dia merusak cerita yang sudah begitu romantis itu…hahaha…saat itu saya memang tidak memiliki jawaban untuk komentarnya itu. Saya hanya bisa menanggapi dengan mengatakan “jangan dikritisi dong ceritanya!”
Tapi hari ini saya menemukan perumpamaan yang lebih bagus dari pohon apel tentang bernilainya wanita yang hatinya terpaut pada Tuhan. Yang rasa amannya bukan diperoleh dari cinta laki-laki tetapi dari kasih Allah. Wanita seperti yang digambarkan Amsal 31. Wanita seperti ini ibarat sebuah berlian asli, jernih, putih, tak bercacat, tanpa belerang, tanpa noda, murni dengan potongan yang sempurna. Jika kita hendak membeli berlian seperti ini, kita tidak akan menemukannya di ruang depan toko perhiasan. Si penjual akan membawa kita ke ruang dalam kemudian ia kan membuka lemari besi, memutar nomor kombinasi, dan mengeluarkan sebuah kotak. Setelah duduk dan menyalakan lampu, ia akan membuak kotak itu dan mengeluarkan sebuah nampan berlapis beludru hitam. Kemudian ia akan mengambil alat untuk memegang batu-batuan, dengan hati-hati memilih sebutir berlian dan mengangkatnya ke arah cahaya untuk diperlihatkan padamu. Ia hanya diperlihatkan padamu dan bukan orang-orang yang berlalu lalang depan toko karena kamulah yang benar-benar akan membeli berlian itu!
Kata-kata dalam buku yang kubaca memberi penjelasan tentang perumpamaan ini “kau (wanita) seperti berlian itu. Kau bukan untuk dilihat oleh setiap pria, hanya untuk ia yang memiliki tujuan yang serius terhadapmu. Tetapi, jika kau sendiri tidak mengetahui nilai dari hatimu, kau akan menjajakannya bersama perhiasan murahan di meja depan yang mudah dihampiri. Hatimu akan dipenuhi sidik jarim dan kau akan bertanya-tanya mengapa tidak ada yang membelinya.”
Setidaknya maksud kedua perumpamaan itu sama yaitu tentang betapa berharganya wanita yang tahu nilai hatinya sehingga memang mereka terlihat “tidak laku” tetapi sebenarnya hanya pria yang bersungguh-sungguh terhadap dirinyalah yang akan mendapatkan hati wanita itu. Meskipun intinya sama, saya lebih menyukai perumpamaan berlian karena setidaknya teman saya tidak bisa lagi berkomentar “buahnya bisa busuk kalau kelamaan tidak dipetik.” xD
Don’t you worry about your best future partner!
Let Him set the right time for both of you! =D
Written esp. for lady in waiting =) or even men in seeking..xD
referensi : Hammond Michelle McKinney. 2000. If Men Are Like Buses, Then How Do I Catch One?. California: Multnomah Publishers, Inc.
from: facebook
No comments:
Post a Comment