Tuesday, May 26, 2009

Shi Sang Chi You Mama Hau

Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria
> berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota
> tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba
> kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah
> yang membuat sang pria jatuh hati.
>
>          Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya
> menikah, dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka
> duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang
> terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi
> keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan
> untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah
> menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.
>
>          Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan
> wanita tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus
> berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya,
> sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu,
> umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).
>
>          Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang
> tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena
> gagal
> membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang menurut
> mereka akan sangat merugikan masa depannya.
>           Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia
> memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu
> keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh
> orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya
> di
> dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar.
>
>          Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah
> ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita sangat
> terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian memohon
> pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya.
> Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar,
> perkawinan
> mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota , reputasi
> anaknya
> akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis
> yang
> akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2.
>
>          Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan
> permohonan agar wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan
> anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan
> untuk
>
> membiayai hidupnya di tempat lain.
>
>          Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar
> bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak
> kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota
> ini,
>
> tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan
> uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat
> sulit?.
>
>          Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk
> meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih
> berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari
> kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. "Walaupun ia
> kelak
>
> bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang
> berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua", kata sang ibu.
>
>          Dengan berat hati, sang wanita menulis surat . Ia menjelaskan
> bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar
> bahwa
> keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah
> melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama
> dalam
>
> menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat
> lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan air
> mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.
>
>          Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia
> terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota
> itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia
> bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.
>
> ==========0000000000==============
>
>          Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi
> seorang ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan
> malam,
>
> untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di
> sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan
> menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua
> pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup
> berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan,
> karena
>
> ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang ibu tidak pernah
> mengeluh dengan pekerjaannya?
>
>          Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras.
> Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb
> harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah
> menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan
> itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada
> siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.
>
>          Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat
> sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari
> obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya
> mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk
> membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah
> berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar.
>
>          Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat
> apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak
> permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.
>
>          Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari
> alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain.
> Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil
> sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang
> tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang
> ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak
> mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat?..
>
>          Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan
> kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh
> anaknya
> sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang
> dilakukan oleh sang ibu???.
>
> ==========0000000000==============
>
>          Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak
> yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di
> hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain
> bersama,
> dan bersama2 menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau" (terjemahannya
> "Di
> Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik").
>
>          Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai
> penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari.
> Hari2
> mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang
> memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia
> tahu
>
> ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk
> sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.
>
>          Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia
> berniat membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama
> ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak
> setelah
>
> pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu
> mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain
> yang perlu dibiayai.
>
>          Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari
> rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan
> tsb, karena ia akan membelinya bulan depan. "Apakah kamu punya uang?"
> tanya
>
> sang pemilik toko. "Tidak sekarang, nanti saya akan punya", kata sang anak
> dengan serius.
>
>          Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam
> tangan tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2.
> Ketika
>
> menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya "Dari mana kamu mendapatkan uang
> itu? Bukan mencuri kan ?". "Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah
> hari
>
> ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah.
> Selama
>
> sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang
> jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi
> ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini. Ia
> akan
>
> marah" kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.
>
>          Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang
> anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan
> tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam
> tangan
>
> ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana
> uang
>
> untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.
>
>          "Apakah kamu mencuri, Nak?" Sang anak diam seribu bahasa, ia
> tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut.
> Setelah
>
> ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah
> mencuri. "Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu
> sudah
> mengajari kamu tentang hal ini?" kata sang ibu.
>
>          Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu
> sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak
> menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu
> perih,
> karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya,
> demi
> kebaikan anaknya.
>
>          Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju
> ke rumah tsb   heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui
> kejadiannya.
>
> "Ia sebenarnya anak yang baik", kata salah satu tetangganya. Kebetulan
> sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu
> tetangganya
>
> yang merupakan familinya.
>
>          Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak
> itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk
> menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon
> agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.
>
>          "Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan
> tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya". Sang anak mengikuti
> nasehat
> kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2
> muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan
> tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di
> tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya.. Ia juga
> menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke
> rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan
> uang
> membeli jam tangan kesukaan ibunya.
>
>          Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan
> hal tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak
> kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu?."Maafkan saya, Nak."
> "Tidak Bu, saya yang bersalah"???..
>
>
> ===========000=================
>
>          Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah,
> tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih
> akan
> hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.
>
>          Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota , dalam sebuah
> kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru
> menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya
> sendiri.
> Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya
> hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa
> bantuanmu.
>
>          Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka
> begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.
>
> ===========000==================
>
>          Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter
> mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang
> konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.
>
>          Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya.
> Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya.
>
>          Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan
> solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada
> sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.
>
>          Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya
> berkeliling kota , bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira
> sekali,
> menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau", lagu kesayangan mereka.
> Untuk
>
> sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam
> kegembiraan bersama sang anak.
>
>          Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak.
> Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin
> dengan ibu. "Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak" kata
> ibu.
> "Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa
> bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang
> untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja
> lagi, Bu", kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah
> sang
>
> ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.
>
>          Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya
> sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang,
> sang
>
> anak meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan
> kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang
> anak menolak. "Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu", teriak sang
> anak
>
> dengan nada yang polos.. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata
> "Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan
> nenek akan bermain bersamamu." "Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya
> mau
>
> ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak
> mau
>
> saya lagi", sang anak mulai menangis.
>          Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb
> tidak didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 "Kalau ibu
> sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu". Sampai pada akhirnya, ibunya
> memaksa
> dengan mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini",
> ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya meronta2
> dengan ledakan tangis yang memilukan.
>
>          Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu
> menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan
> menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan
> baik.
>
> Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah
> kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.
>
>          Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk
> memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya
> mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk
> mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri
> itu dibatalkan, demi anaknya juga??..
>
> ============000=========
>
>          Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain,
> mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun
> tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan.
>
>          Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya.
> Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah
> mengumpulkannya. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak
> pulang
> ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang
> memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga,
> sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu
> ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia akan
> memberikan semuanya untuk ibu.
>
>          Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju
> rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah
> kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu
> kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di
> depan rumah tsb, menangis "Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi."
>
> Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah
> terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan
> semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar.
> Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi
> pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.
>
> Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari ini
> adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya
> mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil
> menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun,
> setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang
> ibu
> tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya dalam
> surat itu.
>
> Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa
> mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu
> membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia
> memohon agar bisa menemukan anaknya.
>
> Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya
> pernah
>
> pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa
> bila
>
> kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih.
> Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya
> memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon agar
> bisa bertemu dengan dirinya.
>
>          Benar saja, ternyata sang anak berada di sana . Tetapi ia
> pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya
> untuk
>
> dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh
> dari
>
> tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah????..
>
> ============000==============
>
>          Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki
> bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan
> ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak
> telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi
> hasilnya
> nihil.
>
> Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan
> teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di
> persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang
> mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak
> pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya  kumal, dan ia tampak
> berkomat-kamit.
>
> Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama
> pacar
> untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua sambil
> mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah
> "Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?"
>
> Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera
> menyanyikan lagu "Shi Sang Ci You Mama Hau" dengan suara perlahan, tak
> disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka
> berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu
> menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua
> itu dan berteriak dengan haru "Ibu? Ini saya ibu".
>
> Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya,
> "Apakah kamu ??..(nama anak itu)?" "Benar bu, saya adalah anak ibu?".
> Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi
> bumi???.
>          Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya
> menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus
> mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya.. Sebagian orang
> menganggapnya sebagai orang gila?.
>
> ============000=============
>
>
> Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu
> bahkan
> rela mengorbankan nyawanya?..
>
> Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda,
> ataupun disaat Ibu sudah tua :
>
> 1.    Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah
> aku sebagai gantinya.
> 2.    Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
>
> Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung
> Anda,
>
> diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan
> nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun ?
>
> Tidak diragukan lagi
> "Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini"



1 comment:

  1. Hey, you know what?

    Gue pernah mimpi di paragraf 3 dan ceritanya gue ngotot terus sama bonyok gue ttg pilihan hidup gue, cuman di mimpi itu guE ga tau konDisi pasangan gue bagaimana, memangnya ada film nya yah?? gue mau nonton dong O_o

    ReplyDelete

Xavier_Live_Notes © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: